Monolog Lansia: Antara Kesepian dan Kepekaan di Masa Senja
24 July 2025
Resiliensi adalah kemampuan untuk menghadapi, beradaptasi, dan bangkit kembali dari berbagai kesulitan hidup. Orang yang resilien bukan berarti tidak pernah mengalami kesedihan atau tekanan, tetapi mereka mampu bangkit lebih cepat, melihat masalah dari perspektif yang lebih luas, dan menemukan jalan keluar yang konstruktif. Dalam konteks masa senja, resiliensi membantu lansia untuk tetap mempertahankan kualitas hidup meskipun menghadapi tantangan yang semakin kompleks.
Resiliensi umumnya ditandai oleh tiga hal penting:
Kemampuan menghadapi kesulitan: Tidak menghindar dari masalah, tetapi berani mencari solusi.
Ketangguhan dalam menghadapi stres: Mampu mengelola tekanan tanpa mudah menyerah.
Bangkit dari trauma atau keterpurukan: Memiliki kekuatan untuk memulihkan diri dari kehilangan atau kegagalan.
Individu yang memiliki resiliensi tinggi biasanya mampu tetap menyesuaikan diri dalam situasi tidak menyenangkan, bahkan di tengah tekanan yang berat sekalipun.
Memasuki usia lanjut sering kali disertai dengan perubahan besar, baik dalam aspek fisik maupun sosial. Resiliensi berperan penting karena membantu lansia:
Mengelola perubahan kesehatan dengan lebih tenang, tanpa merasa terlalu cemas.
Menerima kehilangan—baik pasangan hidup, teman dekat, atau peran di masyarakat—dengan lapang dada.
Tetap aktif dan mandiri, meskipun mungkin menghadapi keterbatasan fisik.
Mempertahankan kualitas hidup dan kebahagiaan meskipun berada dalam situasi sulit.
Selain itu, resiliensi juga terbukti menjadi salah satu faktor kunci yang mendukung positive ageing, yaitu proses menua dengan sehat, bermakna, dan tetap memiliki kualitas hidup yang baik.
Menjadi resilien bukanlah hal yang instan. Ini adalah kemampuan yang bisa dikembangkan melalui latihan dan kebiasaan sehari-hari. Berikut beberapa langkah praktis yang dapat membantu meningkatkan resiliensi di masa senja:
Bersikap positif tidak berarti mengabaikan masalah, melainkan melihat situasi dari sudut pandang lain untuk menemukan jalan keluar terbaik. Pikiran positif membantu individu mengurangi stres, memperbaiki suasana hati, dan membuka peluang untuk menemukan solusi.
Stres yang tidak terkelola dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental. Lansia perlu menjaga pola hidup sehat, seperti tidur cukup, makan bergizi, dan tetap aktif bergerak. Aktivitas ringan seperti berjalan kaki, yoga, atau berkebun dapat membantu mengurangi ketegangan.
Keyakinan bahwa diri sendiri mampu melewati setiap tantangan sangat penting. Percaya diri membantu lansia menghadapi masalah dengan lebih tenang dan memberikan rasa kontrol atas kehidupan mereka.
Dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas memberikan rasa aman dan meningkatkan semangat hidup. Berinteraksi dengan orang lain juga membantu mengurangi perasaan kesepian yang sering kali muncul di masa tua.
Melakukan kegiatan yang menyenangkan, seperti membaca, memasak, melukis, atau bercocok tanam, dapat menjadi bentuk terapi yang membantu mengurangi stres dan meningkatkan kebahagiaan.
Tingkat resiliensi yang tinggi terbukti mendukung tercapainya positive ageing—sebuah konsep yang menggambarkan penuaan dengan tetap sehat, aktif, dan bermakna. Lansia yang resilien cenderung lebih mampu menghadapi keterbatasan fisik, menerima perubahan, dan tetap menikmati hidup.
Positive ageing tidak berarti bebas dari masalah, melainkan kemampuan untuk tetap menemukan makna dan kebahagiaan meskipun menghadapi tantangan. Dengan resiliensi, masa senja bisa menjadi waktu untuk menikmati hidup, berbagi pengalaman, dan memperkuat hubungan dengan orang-orang terdekat.
Temukan kami di sosial media: